Makassar merupakan kota pelabuhan yang terletak di Pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar. Ini adalah ibu kota provinsi Sulawesi selatan, Indonesia, dan kota terbesar di pulau itu.
Pada awal abad keenam belas, Makassar merupakan pintu gerbang utama perdagangan di wilayah timur Indonesia. Raja dengan ketat menerapkan kebijakan perdagangan bebas, sehingga memungkinkan setiap pengunjung untuk melakukan bisnis di kota. Hal ini juga menggagalkan upaya Belanda untuk memonopoli kota tersebut.
Makassar muncul sebagai salah satu pusat perdagangan terpenting di wilayah tersebut. Dengan meningkatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut, arti penting Makassar menurun, dan akhirnya diambil alih pada tahun 1667. Kemudian, pada tahun 1848, kota ini menjadi pelabuhan bebas. Masyarakat Makassar mempunyai bahasa dan aksara tersendiri.
Orang Makassar mempunyai serangkaian karakter khas yang disebut Lontara, yang sebagian besar terdiri dari garis-garis lurus dan miring serta titik-titik. Saat ini Makassar merupakan pelabuhan utama di Sulawesi bagian selatan. Pulau ini memiliki koneksi pelayaran reguler domestik dan internasional dan masih menggunakan beberapa kapal layar pinisi terakhir yang terkenal, yaitu kapal layar tradisional yang mengarungi jalur perdagangan antar pulau di Indonesia.
Kayu eboni Makassar memiliki rona hitam hangat dengan guratan merah, dan merupakan kayu yang sangat berharga. Makassar juga memiliki industri perikanan yang besar dengan penangkapan ikan Teripang, atau teripang, sebagai andalan. Berabad-abad yang lalu, kapal-kapal nelayan dari Makassar secara rutin mengunjungi pesisir Australia utara untuk menangkap ikan Teripang, dan ciri-ciri orang Makassar dapat ditemukan pada masyarakat Australia utara.
Makassar memiliki beberapa makanan tradisional yang terkenal. Hidangan Pisang Epe Coto Makassar dan iga Konro adalah makanan tradisional populer di Makassar yang biasanya disajikan dengan Burasa, nasi agar-agar dengan santan dan tumis kelapa cincang.